Bukan hanya konveksi, advertising, yang kebanjiran orderan kaos, brosur, baliho, spanduk dalam kampanye pemilu tahun 2014 kali ini. Tetapi, juga paranormal dan dukun juga kecipratan rejeki.

Banyak foto-foto caleg yang terpasang di pinggir jalan, bahkan terkesan tidak 'rapi', entah bagaimana seharusnya panwaslu menertibkan spanduk-spanduk tersebut agar kota tetap terlihat rapi. Mungkin, kampanye tidak perlu lagi menggunakan spanduk, tetapi melalui televisi lokal atau terjun langsung ke masyarakat, namun tentu saja hal seperti ini memakan biaya yang lebih banyak daripada kita memasang spanduk dengan harga per meter rata-rata 12.500. Saya di sini bukan menentang caleg, karena ibu saya 5 tahun yang lalu juga pernah mencalonkan menjadi anggota legislatif. Namun, saya di sini hanya memaparkan komentar saya.

Entah kenapa, saya tergelitik untuk menulis dan mengangkat topik ini. Melihat fenomena politik yang ada saat ini, saya melihat bahwa banyak sekali caleg yang pertamanya tidak pernah terlihat tiba-tiba mencalonkan menjadi calon anggota dewan baik kota hingga DPR-RI, ada juga yang sudah pernah menjadi anggota legislatif dan mencalonkan lagi. Saya tidak tahu apa yang menjadi dasar mereka masing-masing dalam mencalonkan diri, entah motivasi uang atau benar-benar ingin menjadi wakil rakyat.

Wakil rakyat, sesuai dengan namanya seharusnya mereka benar-benar menjadi seorang wakil rakyat, yang bener-bener memperjuangkan hak-hak rakyat, yang berada di pihak rakyat. Tetapi, jika dalam pemilihannya terjadi banyak kecurangan, apakah mereka masih bisa dipercaya seba
gai wakil rakyat? Kecurangan dalam pemilu dan 'sogokan' ketika kampanye adalah hal biasa yang sudah sering dilakukan di Indonesia. Namun, saat ini, banyak sekali calon anggota legislatif yang berbondong-bondong pergi ke dukun untuk bisa memperoleh kursi dewan.

Fenomena ini sedang marak terjadi, mereka bisa menghabiskan uang miliaran rupiah hanya untuk membayar dukun, mendapatkan benda-benda klenik dan supranatural, serta menjalani serangkaian ritual yang harus dilakukan. Jika seorang calon wakil rakyat melakukan hal ini, apakah mereka layak disebut calon wakil rakyat???

Tentu saja, hal utama mereka bukan lagi untuk menjadi seorang wakil rakyat, tetapi hanya untuk mencari popularitas dan harta. Hasilnya, bisa jadi mereka korupsi lebih besar daripada para anggota legislatif yang lain. Logika saja, mereka menghabiskan uang miliaran rupiah, tentu saja mereka ga mau dong uang mereka miliaran rupiah itu hilang begitu saja tanpa balik modal dan mendapatkan untung.

Mari kita berpikir rasional, seseorang caleg pergi ke dukun agar bisa mendapatkan kursi dewan. Kenapa para dukun tidak berlomba-lomba jadi anggota dewan kalau mereka bisa membuat orang lain menduduki anggota dewan? Faktanya beberapa dukun terkenal yang mecalonkan baik menjadi anggota legislatif atapun menjadi kepala daerah, tetapi nyatanya mereka tidak berhasil kok.

Yang konyol lagi, ada dukun yang berkoar-koar soal harga. Untuk caleg kota atau kabupaten tarifnya 100 juta, caleg provinsi 200 juta, caleg DPR 300 juta, Walikota atau Bupati 2 milyar, gubernur 2 milyar, untuk menjadi presiden 1 triliun. Menurut Ki Joko Bodo, dukun yang seperti ini adalah dukun yang hanya kampanye saja supaya menarik pasien. 

Nah, ketika saya menonton ILK (Indonesia Lawak Klub) saya tertarik dengan cerita Ki Joko Bodo yang mengatakan bahwa memang banyak pasien beliau dari Partai A, B, dan C yang menginginkan kedudukan. Beliau berkata bahwa seperti yang tertulis di dalam Al-Quran bahwa ketika kita berpikir positif tentang seseorang, maka orang tersebut akan menjadi positif, begitu juga sebaliknya. Ketika seseorang diberi jimat, atau benda apapun itu, itu tergantung dari pribadi masing-masing orang yang menganggap benda ini memiliki energi positif atau negatif. Kesimpulannya, menurut Ki Joko Bodo bahwa ilmu supranatural adalah ilmu pengetahuan yang dapat dijelaskan secara ilmiah.

Bagaimana dari pandangan saya?


Menurut saya, untuk menjadi anggota dewan itu bukanlah hal yang mudah. Karena memikul tanggung jawab yang besar, sebab mereka adalah wakil rakyat. Mereka bertanggung jawab penuh terhadap suara rakyat, keinginan rakyat, kesejahteraan rakyat. Jadi,seharusnya tidak sembarang orang bisa mencalonkan diri menjadi anggota dewan.

Seorang calon wakil rakyat, menurut saya yang paling penting adalah takut akan Tuhan, tidak peduli dari agama manapun mereka berasal. Selama mereka takut akan Tuhan, mereka pasti akan menjalankan hidup mereka sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing dan tidak menyimpang. Ketika mereka bisa menunjukkan ke masyarakat bahwa mereka adalah orang yang takut akan Tuhan, wes ora perlu pergi ke dukun, pasti dipercaya kok oleh masyarakat. Karena masyarakat Indonesia ini sekarang cerdas-cerdas, mereka tahu siapa pemimpinnya. Berkualitas atau tidak. Memberi bukti bukan hanya janji.